Meminimalisir tanpa
Mendzalimi
Perempuan adalah inshan yang mulia, karena dia adalah
sosok manusia yang perlu dihargai keberadaannya, bukan hanya sebagai fasilitator
hati, tapi jadikan perempuan sebagai inspirasi kaum laki-laki untuk bergerak,
banyak sekali statement-statement mengenai wanita, ada statement mengatakan
bahwa “dibalik lelaki sukses ada seorang
wanita yang hebat.” Kemudian ada
seorang Pejuang Kemanusiaan yaitu Mahatma Ghandi mengeluarkan statement
mengenai perempuan yang berbunyi “ Menyebut
perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih lemah adalah fitnah. Itu
ketidakadilan laki-laki terhadap perempuan.” Sudah jelas statement yang
dipaparkan diatas menunjukan bahwa derajat perempuan dengan laki-laki itu
setara tetapi tidak sama. Dalam konteks dunia kerja banyak pekerjaan-pekerjaan
laki-laki yang dikerjakan oleh perempuan, misalnya Supir Buswey, tukang panggul
dipasar, dan banyak yang lainnya, begitu juga sebaliknya banyak laki-laki yang
melakukan pekerjaan perempuan, misalnya, perawat kecantikan, tukang rias, dan
lain-lain.
Perempuan yang seharusnya mendapatkan
posisi yang lebih baik (taraf ekonomi), kini banyak perempuan-perempuan yang
dapat dibeli oleh rupiah. Marak sekali tempat-tempat prostitusi khususnya di
Kota- kota Besar, yang dimana pekerja-pekerja ditempat itu adalah perempuan,
dan yang parahnya lagi perempuan dibawah umur. Ironis sekali melihat realita
hari ini demi rupiah mereka menjual dirinya. Contohnya saja kota yang sedang
berkembang yaitu kota Karawang. Pembangunan-pembangunan industry di Karawang
kini semakin banyak tetapi pembangunan itu tidak memberikan dampak yang baik
terhadap Masyarakat setempat malah tambah banyak ketimpangan-ketimpangan
social, Pengemis, PSK, Busung lapar didaerah Pelosok Kota yang belum terjamak
pembangunan Kota Karawang dan banyak lagi.
Penulis tak akan banyak membahas
mengenai Pengemis, busung lapar tetapi akan lebih menspesifikasikan ke
permasalahan prostitusi yang tak pernah dibenahi oleh pemerintah. Setelah
penulis menganalisa akar permasalahan ini adalah dari Ekonomi yang kemudian
berimbas kepada pendidikan. Dengan Pendidikan yang rendah itu akan mepersulit
untuk mencari pekerjaan di Era Globalisai ini. Akhirnya mereka kebingungan
untuk mencari kerja, mau buka usaha tidak punya modal, mau minjam uang ke
kopersi jalur birokrasinya tiidak dimengerti atau sulit, sedangkan anak dan
keluarga mereka dirumah menjerit kelaparan, jeritan dan tangisan itu yang
membuat sang ibu dilemma, akhirnya sang ibu dengan terpaksa menjajakan tubuhnya
pada leki-laki hidung belang.
Faktor-faktor
yang menyebabkan memilih menjadi PSK
·
Keimanan
·
Ekonomi
·
Pendidikan
·
Lapangan
pekerjaan yang sempit
·
Hyper
sex
·
Pergaulan
bebas
Penulis
yakin perempuan-perempuan yang menjadi PSK hari ini tidak pernah menginginkan
dirinya menjadi seperti itu, karena keadaanlah yang memaksa mereka menjdi PSK.
Visi Misi
Mensejahterakan Rakyat (Karawang)
Sudah akhir dari masa jabatan H. Ade
Swara kita patut mengkritisi dan meminta pertanggungjawaban mengenai Visi Misi
Pemerintahannya yang salah satunya menciptakan masyarakat yang agamis, Visi
Misi ini saya rasa gagal ketika permasalahan Human Trafficking dan PSK masih
menjamur dikota ini. Apakah janji yang dilontarkan itu hanya sebagai kata
buaian agar menarik simpatisan public, atau jangan-jangan permasalahan ini tak
pernah dibenahi dan tak pernah ingin tahu atau jangan-jangan dijadikan
jargon-jargon politik belaka. Seharusnya pemerintah harus lebih peka mengenai
permasalahan prostitusi, kalau tidak segera dimasukan ke keranjang sampah, itu
akan berserakan dan akan mencemari semuanya. Penggusuran tempat-tempat
prostitusi dan penangkapan para PSK itu bukan merupakan solusi yang baik, dalam
perspektif kemanusiaan kita sama saja mendzalimi mereka dan keluarga mereka,
dan kita sama saja memotong lidah mereka atau memotong perekonomian mereka,
mereka punya anak, keluarga yang harus si PSK nafkahi, walau begitu si PSK yang
menjadi Ibu bagi anaknya tidak ingin anaknya senasib dengannya.
Pemerintah
seharusnya mempunyai cara untuk meminimalisir kejahatan prostitusi tanpa
mendzalimi, lakukan hal-hal yang berbeda jangan dengan cara lama. Berikan
lapangan pekerjaan yang layak khusus para PSK, dan gunakan uang APBD untuk
realisasinya, sebelum itu data dulu mana-mana saja orang asli atau pribuminya,
kemudian bagi orang pendatang, kembalikan ke daerahnya masing- masing, disini
perlu adanya pengintegrasian langkah untuk permasalahan ini antara pemerintah
daerah A dengan pemerintah daerah lainnya yang bersangkutan, dan terus lakukan
komunikasi dengan baik. Tidak ada yang
tidak mungkin didunia ini selagi kita mau berusaha, kemudian ada pembinaan,
siraman rohani dan ajak mereka ikut dalam kegiatan-kegitan sosial. Minimal
dengan cara itu kita bisa meminimalisir Pekerja Sexs Komersial (PSK) di daerah
kita.
Doa Sang Pelacur
Disudut dekat gerbong yang tak
terpakai
Perempuan bermake-up tebal
Dengan rokok ditangan
Menunggu tamunya datang
Berpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal
Dan segumpal harapan
Kapankah datang tuan berkantong tebal
Habis berbatang- batang tuan belum
datang
Dalam hati resah menjerit bimbang
Apakah esok hari anak- anak ku dapat
makan
Oh Tuhan beri setetes rejeki
Dalam hati yang bimbang kuberdoa
Beri terang jalan anak hamba
Kabulkanlah Tuhan . . .
(Iwan Fals; Doa
pengobral dosa )
Rasa takut itu muncul ketika badannya
yang dijajakan tidak ada yang meminatinya, bukan takut kepada para lelaki
hidung belang, karena dia sudah biasa bermain dengan orang seperti itu, tetapi
dia takut anak- anaknya tidak dapat makan, tidak bisa sekolah, Sungguh kau sang
ibu yang baik bagi anak-anakmu, sang Ibu yang jadi Pelacur hanya menginginkan
anaknya hidup bahagia jangan seperti dirinya, “ cukup aku yang menjadi Pelacur, tidak dengan engkau anakku. Kau harus
menjadi manusia yang bermartabat dan berguna bagi nusa bangsa dann agama.”
Maka dari
itu janganlah kita melihat orang itu dari tindakan yang dilakukannya terus kita
menjastifikasinya, tapi dengar dulu alasannya itu lebih baik dan itu ciri orang
yang berpikir objektif tidak subjektif. Kalau pemuda yang berintelektual hari
ini jijik bertemenan dengan PSK, anak jalanan, pengemis, orang miskin lebih
baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya
terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan
cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana , maka lebih baik
pendidikan itu tidak diberikan sama sekali!” (Tan Malaka).
Fakir
miskin, Pengemis, anak jalanan, PSK, orang cacat itu bukanlah hama yang harus
di semprot oleh racun, karena negara kita adalah negara Demokrasi yang bebes
untuk ber ekspresi tapi kebebasannya tidak merenggut kebebasan orang lain.
Berbeda dengan negara Jerman dulu waktu kepemimpinan Adolf Hitler, untuk
menciptakan negara elit yang dimana fakir miskin, pengemis, anak jalanan, PSK,
orang cacat, itu dimusnahkan karena kalau itu di biarkan akan memberikan
generasi yang buruk. Mereka perlu kita rangkul bukan kita musnahkan karena
dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 berbunyi “
pakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.” Sebagai manusia
yang baik perlu kita untuk menolong sesama, perbedaan Tuhan ciptakan bukan
untuk saling menjatuhkan, saling bermusuhan tetapi untuk saling melengkapi.
Post A Comment: