Oleh:
Didi Suheri
Kamis
14 Januari 2016 terjadi sebuah peristiwa pengeboman di di Jl. M Tamrin Jakarta, yang menewaskan
beberapa orang dan puluhan luka-luka. Dalam kejadian ini disadari atau tidak
semua mata dunia akan tertuju kepada “Islam”. kelompok- kelompok radikalisme
ini mengklaim dirinya sebagai muslim, bahkan dari segi penampilannya pun sangat
agamis. Surga adalah tempat yang menjadi cita- cita semua orang termasuk
kelompok radikalisme ini. Unuk mendapatkan surga Tuhan, mereka melakukan Jihad
dengan memerangi manusia lainnya dengan membom tempat tempat yang dianggap
sebagai sarang dari maksiat, dan meklakukan tembakan- tembakan secara membabi
buta di tempat umum, lantas dimana sifat Rahman dan Rahim nya Tuhan kalau
mereka melakukan tindakan- tindakan ektrimis atas nama Tuhan. Apakah Tuhan
membutuhkan pembelaan dari manusia? Tuhan adalah pencipta Alam dan segala
isinya, berarti ini membuktikan bahawa Tuhan adalah Maha Perkasa. Lantas kenapa
golongan radikalisme itu sok membela Tuhan.
Indonesia
dengan segala kemajemukannya tentu tidak bisa di paksakan menjadi negara
Khilafah seperti yang di cita- citakan kaum radikalisme. Indonesia bukan negara
islam tetapi mayoritas penduduknya beragama islam. Gusdur
pernah berkata bahwa Islam tidak perlu di gerek menjadi bendera. Ini berarti
tidak mesti Indonesia ini menjadi Negara Islam yang terpenting nilai- nilai
yang terkandung dalam Al- Qur’an bisa terinternalisasikan kepada setiap diri
seorang muslim. Jihad pada era sekarang tentu tidak cocok dengan mengangkatkan
senjata, berperang fisik seperti jaman Rasulullah. Jihad pada era sekarang adalah
melawan hawa nafsu, memberantas kemiskinan, membela orang-orang yang di tindas
yang di perlakukan tidak adil.
“
Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang yang tertindas,
laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berkata, “ Tuhan kami! Keluarkanlah
kami dari kota ini yang penduduknya berbuat zalim. Berilah kami perlindungan
dan pertolongan dari Mu!” ( Al- Qur’an 4: 75 )
Al-
Quran memerintahkan kita untuk membela orang-orang yang tertindas dan
diperlakukan tidak adil. Ini bukti bahwa Tuhan sendiri menyuruh kita untuk
membela orang-orang yang lemah. Gusdur pun pernah berkata bahwa “Tuhan itu
tidak perlu di bela karena Dia Maha segalanya tetapi belalah mereka yang di
perlakukan tidak adil.” Agama diciptakan untuk manusia bukan manusia di ciptakan
untuk agama, ini jelas terlihat dalam beragamnya agama, agama adalah pilihan
bukan keharusan. Orang mau pilih agama apapun atau tidak beragama( atheis) itu
pilihan tidak perlu kita repot- repot ngurusin kepercayaan orang, urusin aja
diri kita masing- masing belum tentu kita lebih baik dari mereka.
Karl
Marx pernah mengatakan bahwa agama sebagai candu yang memabukan. Bisa saja
statement itu benar adanya ketika semua orang melakukan tindakan kekerasan yang
mengatasnamakan Tuhan, agama hadir ke dunia sebagai pedoman jalan hidup bukan
sebagai instrumen penindasan ataupun kekerasan. Kekerasan- kekerasan yang
dilakukan oleh para teroris sangat tidak mencerminkan dia sebagai muslim. Islam
mengajarkan cinta kasih kepada semua manusia tanpa melihat ras, suku, golongan
bahkan agama. Dihadapan Tuhan semua manusia itu sama yang membedakan adalah ke
taqwaannya.
ISIS
telah menjadi sorotan dunia atas kejadian- kejadian teror yang terjadi di
berbagai negara, entah apa yang menjadi kepentingan organisasi itu, mereka
mengabdikan dirinya atas dasar kesadaran berpikir (res cogitans) atau ada kepentingan perdagangan internasional yang
sangat kotor dan tidak ber prikemanusiaan. Mereka kelompok radikalisme yang
mengaku sebagai seorang muslim adalah mereka yang tidak menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Qur’an secara dinamis.
Pencabutan
status kewarganegaraan bagi orang yang terlibat dalam kelompok radikalisme
adalah sanksi yang moderat, Hanah Arendt sebagai rapublikanis, menganggap
komunitas politis sebagai tempat dimana hak- hak itu diakui. Orang harus di
perlengkapi dengan hak sebagai warganegara kalau tidak hak-hak asasi nya tidak
akan ada yang menjamin dan melindungi. Sanksi tersebut lebih efektif dibandingkan
dengan di penjara yang tidak pernah membuat jera para pelaku.
Jihad
berdarah akan terus terjadi dan terus meregenerasi selama tidak ada pendidikan
akhlak kepada generasi muda kita, pendidikan itu bisa di tanamkan dari kelompok
yang paling kecil yaitu keluarga. Penanaman nilai- nilai islam yang rahmatan
lilalamin menjadi modal kita untuk memangkas regenarasi paham radikalisme, dan
merangkul keluarga yang terlibat dalam terorisme bukan untuk di asingkan. Tragedi
ini menjadi pelajaran untuk bangsa kita, untuk selalu waspada, karena
Dajal-dajal modernis selalu mengintai kita dan jangn pernah lisan ini dengan mudahnya mengkafirkan suatu golongan. Saya saja malu mengaku diri ini seorang muslim apalagi mengkafirkan orang.
Post A Comment: